do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Minggu, 21 Oktober 2012

antara sabar dan syukur


Pasang surut yang mewarnai kehidupan sebuah rumah tangga tak hanya dalam hal hubungan pribadi antara suami dan istri, namun juga menyangkut anak dan rizki. Kesabaran dan sikap syukur menjadi modal yang mesti dimiliki dalam hal ini.
Setiap insan yang hidup di muka bumi ini pasti pernah mengalami suka dan duka. Tidak ada insan yang diberi duka sepanjang hidupnya, karena ada kalanya kemanisan hidup menghampirinya. Demikian pula sebaliknya, tak ada insan yang terus merasa suka karena suatu saat pasti duka akan menghampirinya.
Suka duka pun suatu kemestian yang dialami suami istri dalam mengarungi bahtera rumah tangga karena kesmpitan atau kelapangan, kesulitan atau kemudahan silih berganti. Ketika diperoleh apa yang didamba mereka bersuka, ketika memperoleh apa yang dicinta mereka berduka.
Sebagai seorang yang beriman kepada Allah swt dan mengimani takdirnya, sudah semestinya suka dan duka itu dihadapi dengan syukur dan sabar. Allah menggandengkan dua sifat tersebut dalam Q.S Ibrahim ayat 5, yang artinya “Sesungguhnya pada uang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi setiap orang yang banyak bersabar lagi bersyukur.”
Rasul saw. telah mengabarkan bahwa mukmin yang sabar atas musibah/duka yang menimpanya dan bersyukur atas nikmat/suka yang diterimanya akan mendapatkan kebaikan. Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh mengagumkan perkara seseorang mukmin. Sungguh seluruh perkaranya adalah kebaikan baginya. Yang demikian itu tidaklah dimiliki oleh seseorang kecuali seorang mukmin. Jika mendapatkan kelapangan dia bersyukur, maka yang demikian itu baik baginya. Dan jika ia ditimpa kemudaratan/kesusahan ia bersabar, maka yang demikian itu baik baginya.” (HR. Muslim no 7425)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menjelaskan hadist tersebut bahwa setiap manusia tidak lepas dari ketetapan Allah swt. dan takdir-Nya baik itu kelapangan maupun kesempitan. Seorang mukmin senantiasa dalam kebaikan pada setiap keadaan yang Allah swt. takdirkan baginya. Bila ditimpa kesusahan ia bersabar dan dan menanti datangnya kelapangan dari Allah swt. serta mengharapkan pahala, maka ia meraih pahala orang-orang yang bersabar. Bila mendapatkan kelapangan berupa nikmat agama seperti ilmu dan amal shaleh, ataupun nikmat dunia berupa harta, anak dan istri ia bersyukur kepada Allah swt. dengan taat kepada-Nya.
Seorang mukmim dan mukminah dalam menjalani kehidupan rumah tangganya harus berada diantara kesyukuran dan kesabaran karena mereka tidak akan luput dari takdir yang baik ataupun buruk. Bila seseorang diberi nikmat berupa anak hendaklah ia bersyukur kepada Dzat yang memberikan anugrah. Namun bila tidak, maka tidak ada yang bisa dilakukan oleh seorang mukmim kecuali tunduk, sabar, ridha dengan ketetapan-Nya dan berbaik sangka kepada Allah swt. karena Dia tidak pernah berbuat dzalim kepada hamba-Nya. Dia Maha Tahu apa yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya.
Demikian pula dengan dengan rizki. Ketika seorang mukmin dalam kehidupan rumah tangganya tidak memperoleh rizki yang lapang, ia pun harus sabar. Kelapangan dan sempitnya rizki, kaya atau miskinnya seseorang telah dicatat dan ditetapkan dalam catatan takdir dengan keadilan Allah swt. Dia memberi rizki kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia menyempitkannya kepada siapa yang Dia kehendaki, sementara Dia tidak berbuat dzalim kepada hamba-hamba-Nya.
Ketika rizki datang si mukmin dan kelapangan hidup menyertainya maka rasa syukur kepada Allah swt harus diwujudkan. Tidak hanya mengucapkan rasa syukur dengan lisan disertai keyakinan hati, namun harus pula diiringi dengan amalan, yaitu membelanjakan harta tersebut di jalan yang diridhai oleh Sang Pemberi Nikmat dengan infak dan sedekah.
Memiliki rasa syukur ini sungguh suatu keutamaan dan anugrah karena sedikit dari hamba-hamba Allah swt. yang mau bersyukur. Siapa yang bersyukur Allah swt. akan menambah nikmat-Nya. Adapun orang yang enggan untuk bersyukur, ia akan diazab.
Hadapilah liku-liku kehidupan berumah tangga dengan sabar dan syukur, niscaya kebaikan akan diperoleh.




Tidak ada komentar: