do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Selasa, 23 Oktober 2012

Tips Jadi Orang Beruntung (Keberuntungan Ternyata Bisa Dipelajari)


Kenapa ada orang yang sepertinya lebih beruntung dan selalu berada pada moment keberuntungan, namun ada orang yang selalu gagal? Penelitian menunjukkan, orang beruntung dan orang gagal memiliki karakter bertolak belakang. 

Orang beruntung sebagaimana yang disimpulkan psikolog berdasarkan riset adalah orang:
1. Yang trampil menciptakan dan melihat peluang bagus.
2. Yang membuat keputusan beruntung karena mengikuti naluri.
3. Yang selalu menciptakan sugesti diri dan berpikir positif.
4. Yang tabah sehingga nasib sial berubah menjadi baik.
5. Yang menelaah pilihan hidup secara rasional sekaligus merasakannya, tidak hanya sisi rasional, sisi perasaan juga diperhitungkan dan bisa menjadi alarm dan membuat orang berhati-hati mengambil keputusan.
6. Yang selalu mencoba hal yang baru, tidak rutin. Orang yang tidak beruntung selalu berangkat dan pulang kerja dengan rute sama. Begitu pula dengan saat pergi ke pesta misalnya, orang yang tidak beruntung, hanya mengobrol dengan orang yang sudah dikenal. Akibatnya, ia banyak kehilangan kesempatan yang mungkin membawa keberuntungan.
7. Yang cenderung melihat sisi positif dalam suatu masalah. Jika terjatuh dan keseleo, misalnya, masih bersyukur karena tidak patah kaki.

Metode Penelitian:

Psikolog dari Inggris, Richard Wiseman, melakukan penelitian atas orang beruntung dan tidak beruntung sejak 10 tahun silam. Responden 400. Sebanyak 200 menyatakan selalu beruntung dan 200 lainnya menyatakan selalu sial. 

Orang yang merasa beruntung, salah satunya Jessica, ilmuwan forensik berusia 42 tahun menyatakan memiliki pekerjaan baik, dua anak yang menyenangkan, dan pria yang dicintai. "Saya sadar saya selalu beruntung di semua hal."

Sebaliknya Carolyn, perawat berusia 34 tahun, merasa sial dan gampang kecelakaan. Ia sering terkilir, terperosok lubang, cidera tulang, sampai menabrakkan mobil ke pohon. Ia juga tidak beruntung dalam kisah asmara dan merasa berada di tempat dan waktu yang salah.

Bertahun-tahun Wiseman mewawancarai orang-orang ini dan meminta mereka melakukan tes dan sejumlah percobaan. 

Hasilnya, kata Wiseman, orang-orang itu memang tidak tahu mengapa mereka selalu beruntung atau selalu sial. Tapi, kata Wiseman, "Pikiran dan perilaku mereka yang menyebabkan keberuntungan atau ketidak beruntungan itu."

Ternyata orang yang selalu beruntung selalu bisa melihat peluang sedang orang yang sial, tak pernah bisa melihat peluang. Pernah, Wiseman meminta mereka menghitung jumlah foto di dalam koran. Rata-rata, orang yang merasa sial terus membutuhkan dua menit untuk menghitung foto. Tapi orang yang beruntung hanya perlu satu atau dua detik.

Tahu penyebab beda mendasar ini? Di halaman dua koran tertulis huruf sebesar lima sentimeter dan ruangnya setengah halaman yang bertuliskan: "Berhenti menghitung. Ada 43 foto di koran ini."

Hebatnya, orang beruntung bisa melihat tulisan mencolok itu, tapi orang sial tidak bisa.


Wiseman juga iseng menulis seukuran sama di bagian tengah koran: "Berhenti menghitung. Bilang pada si peneliti jika Anda melihat ini dan dapatkan 250 poundsterling".

Tapi kembali, orang yang tidak beruntung tidak melihat tulisan itu. Mereka sibuk menghitung foto sehingga gagal memanfaatkan dua peluang di satu koran.

Tes kepribadian juga memperlihatkan bahwa orang yang tidak beruntung pada dasarnya lebih tegang sehingga tidak bisa menangkap hal-hal di luar dugaan yang kadang menguntungkan. Orang-orang ini diminta melihat kursor yang bergerak-gerak di tengah layar komputer. Tanpa ada tanda-tanda, sebuah titik besar kadang muncul di ujung layar. Hampir semua orang yang ikut percobaan ini, melihat titik besar yang muncul di ujung layar. Lanjutannya, bagaimana bila diberi ketegangan? Mereka dijanjikan hadiah uang besar jika memperhatikan kursor di tengah layar. Mereka menjadi tegang dan memusatkan perhatian pada kursor di tengah layar. Hasilnya, hampir sepertiga peserta tidak bisa melihat titik besar di ujung layar.

Mereka yang tidak beruntung, fokus pada satu hal sehingga melupakan hal yang lain yang kadang membawa keberuntungan. Hal ini tampak bagaimana mereka menjalani kehidupan sehari-hari. Saat orang yang tidak beruntung ke pesta misalnya, mereka sangat memusatkan perhatian demi dapat pasangan yang sempurna. Akibatnya hilang peluang mendapat pertemanan baru.

Saat melihat iklan lowongan pekerjaan mereka yang tak beruntung hanya melihat macams pekerjaan yang mereka inginkan padahal sangat mungkin ada pekerjaan lain. Orang yang beruntung lebih santai dan banyak melihat yang ada di iklan-iklan lowongan, tidak hanya terlalu fokus mencari sesuatu.

Apakah keberuntungan bisa dipelajari?
Wiseman minta sekelompok orang yang beruntung dan tidak beruntung untuk ikut kursus sebulan. Semua dipaksa berpikir dan berperilaku seperti orang beruntung semua. Latihan ini membantu mereka melihat peluang, mendengarkan naluri, berharap beruntung, dan lebih tabah saat tidak beruntung. Sebulan kemudian, 80 persen orang yang tidak beruntung sekarang lebih bahagia, lebih puas dengan hidup mereka, dan lebih sering beruntung.



Tidak ada komentar: