do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Sabtu, 12 Oktober 2013

Mari Berbisnis dengan Hati Nurani

Bekerja ataupun berbisnis karena terpaksa itu tidak enak. Kita akan merasa tertekan secara mental. Oleh karena itu wajar jika kemudian hasil yang diperoleh pun tidak seperti yang diharapkan. Saya pernah mencoba menerapkan hal seperti ini pada sekretaris saya. Semua jenis pekerjaanya saya berikan tenggat waktu yang sangat mepet. Si sekretaris itu tidak dapat menolak. Namun akibatnya bukan hasil lebih bagus yang saya peroleh, justru kesalahannya makin banyak.
Saya kemudian bertanya kepadanya, kenapa hasilnya seburuk itu? Jawabannya sungguh diluar dugaan saya. Ia mengatakan bahwa dirinya bekerja tidak ikhlas karena waktu yang diberikan untuk menyelesaikan pekerjaan sangat mepet. Jawaban ini akhirnya memberikan pelajaran kepada saya untuk selalu membuat karyawan bekerja secara ikhlas. Pekerjaan yang dilakukan dengan tulus ikhlas ternyata hasilnya jauh lebih baik, dan tempo penyelesainnya lebih cepat tanpa harus menerapkan deadline.
Hal yang sama di dunia bisnis
Hal ini juga berlaku sama untuk dunia bisnis. Pengusaha menjalankan bisnisnya harus dilandasi dengan rasa tulus ikhlas, bukan karena sekedar ingin kaya atau iri hati dengan teman yang bisnisnya telah berhasil. Salah satu unsur untuk mencapai sukses itu adalah bekerja dengan hati. Jadi kita berbisnis itu harus tulus dari dalam hati, bukan dari pikiran belaka. Apakah ada perbedaanya berbisnis dengan pikiran dan berbisnis dengan hati? Perbedaanya sangat mencolok sekali.
Jika kita berbisnis dengan pikiran, maka selama kita menjalankan bisnis itu kita akan selalu dikejar-kejar dengan target, kita selalu ketakutan dengan kondisi perekonomian global yang tidak stabil, kita selalu stress dengan datangnya rival-rival bisnis yang tidak diduga sebelumnya, kita akan frustasi mengelola karyawan yang banyak maunya, dan sebagainya. Otak yang kita pergunakan dalam berbisnis sepertiini adalah otak kiri yang memilki karakteristik penuh perhitungan namun mudah stress.
Betapa penting kita merasakan bisnis kita berjalan. Semua permasalahan yang diungkapkan dalam alinea diatas selalu dihadapi oleh pebisnis manapun, dari yang yunior sampai kelas kakap. Perbedaanya adalah cara menghadapinya. Jika kita menggunakan otak kanan dan hati kita untuk merasakan apa yang kita lakukan, maka kita akan terhindar dari stress dan frustasi. Justru bisnis kita dapat mengalir dengan sendirinya, hasilnya jauh lebih baik, kita sendiri dapat tidur nyenyak. Inilah inti berbisnis dengan hati.
Anda masih sulit memahami?
Baiklah. Kita semua beragama. Mari kita pergunakan sentuhan agama disini. Dalam berbisnis, niat kita berbisnis sebenarnya adalah ibadah.
Apa yang terjadi jika kita memiliki niat seperti itu?
Ibadah itu pasti dilakukan dengan tulus ikhlas, kan?
Jika kita berbisnis dengan niat beribadah, dapat dipastikan jika bisnis yang kita lakukan pasti dilandasi rasa ikhlas yang sangat mendalam karena kita berhubungan dengan Sang Maha Pencipta, kita mensyukuri apa yang dilimpahkan Sang Maha Pencipta kepada kita. Hasilnya? Tentu sangat luar biasa.
Menerapkan prinsip berbisnis dengan hati dan niat bekerja adalah ibadah ini tidak dapat kita terapkan jika kita masih dikuasai oleh nafsu duniawi. Oleh karena itu, seyogyanya kita menyeimbangkan antara kebutuhan duniawi kita dan kebutuhan surgawi dalam menjalankan bisnis kita. (bn/dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar: