Tak ada yang dapat menyangkal krisis utang Yunani yang merembet ke
Spanyol telah membawa dampak besar terhadap perekonomian dunia.
Pertumbuhan ekonomi China, negara penyerap terbesar komoditas global,
turun menjadi hanya 7,6% pada kuartal II/2012.
Permintaan
komoditas pun ikut merosot dan berimbas pada turunnya harga bahan baku.
Mengingat dua pertiga ekspor Indonesia masih didominasi komoditas,
penurunan harga tersebut berimplikasi pada turunnya nilai ekspor
sehingga neraca perdagangan dan neraca berjalan kita mengalami defisit
pada tahun ini. Pada saat yang sama, meningkatnya ketidakpastian global
membuat investor memilih memegang mata uang kuat.
Nilai tukar
rupiah pun anjlok signifikan dari Rp8.500 menjadi Rp9.500 per dolar AS
dalam setahun terakhir. Di balik dua kabar negatif mengenai ekonomi di
atas, untungnya masih ada berita positif mengenai pertumbuhan ekonomi
kita yang masih 6,4% pada kuartal II/2012, inflasi year to date yang
2,5%, dan investasi langsung asing (Foreign Direct Investment/FDI) yang
melonjak tinggi.
Di tengah keterpurukan ekonomi global dan
kemampuan bertahannya perekonomian Indonesia, investor mesti menyadari
bahwa prinsip investasi dalam semua aset, baik riil maupun finansial
adalah sama. Berikut tiga prinsip dasar investasi yang perlu Anda
ketahui.
Membandingkan nilai dan harga
Pertama,
investasi itu tidak lain adalah membandingkan nilai dan harga.Investor
di mana pun ingin mencari aset yang nilainya jauh di atas harganya dan
ingin menerapkan strategi buy low and sell high. Prinsip ini tidak
lekang oleh waktu. Definisi sederhananya, harga adalah sesuatu yang kita
bayar sedangkan nilai adalah sesuatu yang kita peroleh. Masalahnya,
tidak seperti harga yang ada di depan kita, nilai aset itu unobservable.
Tidak
ada formula pasti untuk menghitung nilai aset, kita hanya mampu
mengestimasinya. Seseorang bersedia membeli tanah, rumah, ruko, atau
usaha tertentu untuk investasi karena memandang nilainya melebihi harga
yang dibayarkan. Di pasar keuangan, investor lihai yang membeli saham,
ORI, sukuk ritel, dan obligasi, juga memegang prinsip yang sama.
Demikian juga di pasar tenaga kerja.
Banyak orang bersedia
membayar biaya besar untuk memperoleh pendidikan berkualitas karena
menimbang nilai atau gaji yang akan diterimanya kelak. Dalam jangka
pendek, harga dapat saja menyimpang jauh dari nilainya baik kemahalan
karena pelaku pasar terlalu optimistis maupun kemurahan saat investor
takut, panik, atau pesimistis berlebihan. Namun, dalam jangka panjang,
saya percaya harga akan konvergen menuju nilainya.
Tidak hanya
dalam investasi,perbandingan nilai dan harga juga diterapkan saat
seseorang membeli barang dan jasa, saat perusahaan menentukan gaji
karyawannya, dan saat karyawan memutuskan bertahan di perusahaan tempat
bekerjanya.
Maksudnya adalah, ketika ingin bepergian dengan
pesawat, makan di restoran mewah, menginap di hotel berbintang,membeli
peralatan elektronik, dan memilih kendaraan pribadi, kita selalu
membandingkan nilai dengan harga atau menghitung value for money-nya.
Tidak ada perusahaan yang bersedia membayarkan gaji seseorang di atas
nilai orang itu.
Di sisi lain, seorang karyawan yang merasa nilai
dirinya tinggi juga tidak akan mau menerima pekerjaan dengan gaji yang
jauh lebih rendah. Dia akan mencari perusahaan atau pekerjaan yang
menggajinya sesuai dengan nilai dirinya.
Beli yang Anda pahami
Kedua,
dalam berinvestasi, buy what you know and know what you buy. Mereka
yang membeli produk keuangan fiktif yang menjanjikan return fantastis
hingga menderita kerugian besar sangat mungkin gagal untuk menerapkan
prinsip ini. If it sounds too good to be true, it is indeed too good to
be true. Jika tidak memahami produk derivatif, Anda jangan tergoda
bermain opsi dan macam-macam perdagangan indeks yang marak ditawarkan.
Jika tidak suka zero-sum game yang adalah spekulasi mendekati judi, Anda
jangan pernah mencoba forex trading.
Pertumbuhan return positif
Ketiga,
prinsip terakhir dalam berinvestasi adalah carilah aset yang returnnya
positif (necessary condition) dengan pertumbuhan return yang juga
positif (sufficient condition). Return positif terjadi jika turunan
pertama fungsi harga adalah positif yaitu jika harga aset naik dari
tahun ke tahun. Pertumbuhan return positif akan ada jika turunan kedua
bernilai positif.Tidak sulit mencari alternatif investasi yang mampu
memberikan return positif. Sebagian besar properti atau saham memenuhi
kriteria ini, tetapi tidak banyak properti dan saham yang mampu
memberikan pertumbuhan return positif.
Misalkan sebuah properti
mempunyai fungsi harga dalam beberapa tahun ke depan sebagai berikut
Rp200 juta, Rp220 juta, Rp240juta, Rp 260 juta. Return properti itu
adalah positif yaitu Rp20 juta per tahun tetapi pertumbuhan return
adalah nol. Properti ini memenuhi necessary condition, tetapi tidak
memenuhi sufficient condition karena pertumbuhan return-nya nol secara
nominal. Secara relatif (persentase), turunan keduanya bahkan negatif.
Secara
relatif, fungsi return-nya adalah 10% (20/200), 9,09% (20/220),dan
8,33% (200/240) sehingga pertumbuhan return adalah negatif. Karena itu,
properti tersebut kurang menarik. Properti bagus dan layak koleksi
adalah yang mampu memberikan return tahunan positif dan pertumbuhan
return (turunan kedua), secara nominal dan relatif, yang juga positif.
Contoh
properti seperti ini adalah yang fungsi harganya Rp200 juta, Rp220
juta, Rp260 juta, Rp350 juta, dan seterusnya. Return setinggi ini tidak
akan diperoleh jika Anda membeli pada harga terlalu tinggi di atas
nilainya.
Kesimpulannya, prinsip dasar investasi itu adalah
mencari aset yang kita pahami yang nilainya jauh di atas harganya
sehingga ke depan baik return (turunan pertama) maupun pertumbuhan
return (turunan kedua) akan positif. (*/Harian Seputar Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar